Thursday, April 12, 2007

Buah-buah Perjalanan

Bismillahirrahmanirrahiim. Segala puji bagi Allah Yang bersinggasana di atas mega "Arsy", setelah Ia ciptakan bumi dan langit-Nya. Yang telah menurunkan al-Qur'an di malam Lailatul Qadar, malam yang diberkahi, ke langit dunia secara keseluruhan dengan surah-surah dan ayat-ayatnya. Ia telah menjalankan kendaraan melewati tempat-tempat pengumpulan dan pemilihan, Ia jadikan itu sebagai ketentuan-Nya yang terpuji. Ia telah menjalankan hamba-Nya Muhammad, di waktu malam, dari masjidil Haram ke Masjidil Aqsha, kemudian ke langit untuk menunjukkan sebagian dari ayat-ayat-Nya.

Ia telah menurunkan Adam ke bumi cobaan-Nya setelah Ia mengeluarkannya dari sorga kenikmatan dan kesenangan-Nya. Ia telah mengangkat Idris a.s. dari dunia nyata hingga Ia menurunkannya di tempat yang mulia dan tinggi derajatnya. Ia telah membawa Nuh a.s. melewati gelombang badai topan-Nya di atas bahtera keselamatan-Nya. Ia telah membawa Ibrahim a.s. kepada hidayah dan karamah-Nya. Ia telah memisahkan Yusuf a.s. dari orang tuanya, kemudian ia menyusulkan orang tuanya kepadanya demi membenarkan bahwa mimpi yang pernah dilihatnya adalah pemberian-Nya yang terindah. Ia telah menjalankan Luth dan keluarganya untuk Ia selamatkan dari azab dan siksaan-Nya. Ia percepat perjalanan Musa a.s. dari kaum-kaumnya untuk menghadap Tuhannya, kemudian Ia berikan kepadanya cahaya berupa api untuk memenuhi kebutuhannya. Musa datang kepada-Nya, mendekati-Nya dalam bermunajat. Ia telah mengeluarkan Musa dari kaumnya demi risalah-Nya. Ia telah menjalankan kaum Musa untuk menenggelamkan mereka yang menentang Tuhan dengan kesesatan mereka. Lalu Ia melanjutkan perjalanan Musa sampai kepada batas pengetahuan hingga bertemu dangan orang yang mendapatkan ilmu da karunia-Nya. Lalu Ia melanjutkan perjalanan Musa yang menghantarkannya kepada kekhususan dan kemampuan dalam memberikan keputusan yang diberikan Allah kepadanya. Ia telah membawa Musa kecil dalam keranjang menelusuri sungai-sungai kehancuran. Ia telah mengangkat Isa kepada-Nya padahal ia adalah kalimat dari kalimat Allah. Ia menjalankan Yunus a.s. dengan kemarahannya memuncak hingga tersesat dalam perut Ikan yang gegap gempita. Ia telah memuliakan Thalut dengan bala tentaranya termasuk Daud a.s. untuk melewati sungai cobaan agar mereka bisa meneguk seteguk air-Nya. Ia telah menyalakan ufuk di tangan Dzul Qarnain untuk menciptakan pagar pemisah antara hamba Allah yang taat dan durhaka. Kemudian Ia telah menurunkan Jibril di hati setiap nabi-nabiNya dan Ia mengangkat kalimah tauhid melalui amal-amal shalih dan memuliakan pemiliknya dengan melihat Dzat-Nya. Shalawat serta salam senantiasa terkirim kepada Muhammad, sebaik-baik orang yang mengenakan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Keselamatan untuknya serta untuk keluarga, sahabat-sahabat, isteri-isteri dan anak-anaknya.

Terdapat tiga jenis perjalanan yang diberikan Allah kepada makhluk-Nya, yaitu perjalanan dari Allah, perjalanan kepada-Nya dan perjalanan bersama-Nya. Mereka yang melakukan perjalanan dari Allah, keuntungan yang akan didapatkannya adalah sebatas apa yang diperolehnya dalam perjalanan tersebut. Mereka yang melakukan perjalanan bersama Allah, tidak akan mendapatkan keuntungan kecuali apa yang ada dalam dirinya. Kedua perjalanan ini pasti mempunyai tujuan dan memerlukan ayunan langkah untuk mencapainya, kecuali perjalanan orang yang sesat yang tidak mempunyai tujuan yang pasti. Jalan yang dilalui seorang musafir adalah darat dan laut. Allah berfirman "Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan dan lautan" (Yunus : 22). Allah mendahulukan kata "darat" sebelum "laut" menujukkan bahwa seorang musfir tidak akan bepergian melewati laut kecuali terpaksa. Umar bin Khattab pernah mencela : "Seandainya tidak ada ayat ini, tentu aku akan melarang orang bepergian melewati laut".

Seandainya ayat yang menganjurkan bepergian hanya sabda Allah "Tidakkah kamu memperhatikan bahwa sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan ni'mat Allah, supaya diperlihatkan-Nya kepadamu sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya. Sesungguhnya dari itu semua (apa yang kalian lihat) adalah tanda-tanda bagi mereka yang sangat sabar dan banyak bersyukur" (Luqman : 31), tentu ayat (surah Yunus) di atas juga cukup menjadi jawabannya. Setiap perjalanan pasti akan melewati bahaya, kecuali perjalanan yang ditanggung oleh Allah, seperti perjalanan Isra'. Orang yang diperjalankan atau diajak berpergian oleh Allah pasti akan selamat, sementara orang yang berpergian sendiri pasti akan melewati mara bahaya. Karena "wujud" sumbernya adalah "gerak", maka demikian halnya Allah tidak akan terselimuti oleh sifat diam dan berhenti, karena itu mencerminkan ketidak-adaan (hampa). Demikian lah perjalanan ini selalu terjadi di alam langit (atas) dan alam bumi (bawah). Hakekat ilahiyah juga demikian, selalu diwarnai perjalanan pergi dan perjalanan pulang. Kita tahu bahwa Allah turun ke langit dunia dan kita tahu bahwa Allah bersinggasana di atas langit, seperti yang diceritakan oleh ayat-ayat-Nya. Kita tahu itu dengan tanpa perumpamaan dan persamaan.

Alam langit selalu diwarnai dengan perputaran bersama-sama dengan apa yang terkandung di dalamnya. Ia tidak pernah berhenti dan diam. Seandainya ia diam niscaya alam semesta ini hancur dan sirna. Perputaran bintang-bintang di angkasa merupakan perjalanan mereka, seperti dijelaskan oleh al-Qur'an "Dan telah Kami tetapkan bagi bulan tempat-tempatnya" (Yaseen :39). Bergeraknya empat arah angin, bergeraknya janin-janin dalam setiap detik dengan perubahan dan perpindahan pada setiap nafas, perjalanan fikiran antara hal terpuji dan tercela, perjalanan nafas yang dihembuskan oleh mereka yang bernafas, perjalanan mata antara bangun dan terpejam, perjalanan pandangan dari satu dunia ke dunia yang lainnya dengan pengamatan dan I'tibar, semuanya adalah perjalanan yang dicerna oleh akal manusia.

Ada yang berkata bahwa dunia fisik ini sejak diciptakan oleh Allah senantiasa dalam perjalanan (proses) yang menempati ruang dan tak pernah berhenti. Maka sebenarnya kita semua senantiasa dalam perjalanan itu, sejak kelahiran kita, kelahiran nenek moyang kita sampai masa yang tak berujung. Ketika kamu merasa sampai di satu tujuan kemudian kamu berkata: "Inilah sebenarnya tujuanku", tiba-tiba terbuka untukmu jalan-jalan yang lain dan jalan itu terus bertambah, lalu kamu pun meninggalkan tempat itu.

Tidak ada satu pun tempat dimana kamu sampai kepadanya, meskipun kamu telah berucap "Inilah tujuanku", pasti sejenak setelah itu kamu meninggalkan tempat itu untuk melanjutkan perjalanan yang lain. Betapa banyak kamu berjalan melewat tingkat-tingkat kejadian dalam dirimu, mulai dari darah yang mengalir di tubuh bapak dan ibumu, kemudian darah itu berkumpul membentukmu entah dengan atau tanpa kesengajaan mereka. Kamu pun berubah menjadi mani (sperma), lalu berubah menjadi segumpal darah, lalu kamu melewati itu dan berubah menjadi segumpal daging, lalu tulang yang kemudian terbungkus daging, lalu ditumbuhkan sekali lagi dan dikeluarkanlah kamu ke dunia. Lalu kamu pun melewati masa bayi, ke masa kanak-kanak lalu ke masa remaja dan dewasa, lalu ke masa tua dan pikun, inilah masa yang paling hina dari umurmu. Dari situ kamu pun pergi ke alam barzakh, setelah itu kamu akan melewatinya menuju hari kebangkitan. Kamu pun akan melewati jembatan (shirat) yang akan menghantarkanmu ke sorga atau ke neraka, bila kamu memang penduduknya. Namun apabila kamu bukan penduduk neraka, kamu masih akan melewati perjalanan neraka menuju sorga dan dari sorga ke tempat melihat Allah dan begitulah selamanya, kamu akan mondar-mandir dari sorga ke tempat melihat Allah. Mereka yang di neraka juga terus mengalami perjalanan, naik dan turun silih berganti seperti sepotong daging yang direbus di dalam periuk di atas api yang membara "Setiap kali kulit mereka terkelupas, Aku gantikan dengan kulit yang baru agar mereka merasakan pedihnya siksaan-Ku" (An-Nisaa :56).

Tidak ada yang diam dan berhenti di alam ini. Siang dan malam, dunia ini senantiasa diwarnai dengan gerak dan perubahan yang silih berganti. Fikiran, perilaku dan sifat juga demikian, senantiasa berubah silih berganti bersama perubahan siang dan malam dan bersama silih bergantinya hakekat ilahiyah di atas semuanya. Hakekat ilahiyah terkadang turun dengan nama-Nya Yang penuh kasih sayang, terkadang dengan nama-Nya Yang Maha menerima taubat, Maha Memaafkan, terkadang dengan nama-Nya Yang Maha Memberi rizqi, Maha Mengkaruniai dan terkadang turun dengan nama-Nya Yang Maha Membalas dan dengan semua nama-nama Ilahiyah-Nya. Hakekat ilahiyah tersebut terkadang turun kepadamu dari keagungan-Nya dengan karunia, rizqi, dendam, taubat, ampunan dan kasih sayang. Ia turun kepadamu atas permohonan dan ia turun dari-Nya atas karunia. Dari situ seorang hamba hendaknya berfikir, agar menyelami perbedaan antara perjalanan yang ia diperintah untuk mempersiapkannya, perjalanan yang di dalamnya penuh dengan kabahagiaan, yaitu perjalanan kepada-Nya, bersama-Nya dan dari-Nya. Semua perjalanan ini telah disyariatkan kepadanya. Dan antara perjalanan yang tidak diperintahkan untuk mempersiapkannya, seperti mengayunkan kaki di atas bumi ke jalan yang halal, perjalanan dagang untuk melipatgandakan harta dan menyimpannya, dan seperti perjalanan nafas keluar dan masuk. Ini merupakan kabutuhan bagi pertumbuhannya. Kita berdoa kepada Allah agar dikaruniai akhir yang penuh bahagia dan kesehatan yang sempurna.

*************************************************************

Kutipan di atas adalah pembukaan dari kitab "al-Isfar 'an-Nataijil Asfar" ("Buah-buah perjalanan"). Kitab tersebut merupakan renungan-renungan tasawuf atas beragam perjalanan yang dialami oleh mahluk Allah, ditulis oleh seorang ulama besar Muhyiddin ibn al-Arabi, terkenal dengan nama "Ibnu Arabi". Beliau merupakan salah satu ulama Andalusia, lahir tahun 560 H/1165M di kota Marsiah wilayah timur Andalus dan meninggal tahun 638H/1240M di Damaskus. Pengembaraannya dalam mencari ilmu dan mendalami ilmu tasawuf telah membuahkan berbagai karya-karya monumental. Kajiannya yang begitu mendalam dalam karya-karyanya telah menimbulkan banyak kritik dan pujian. Banyak yang menuduhnya menyeleweng dengan konsep "wihdatul wujud" (kesatuan wujud), namun bagi yang telah mendalami dan memahami karya-karyanya akan menemukan bahwa sebenarnya dalam karya beliau penuh berisi untaian mutiara-mutiara hikmah ketuhanan yang maha tinggi dan petuah-petuah ketauhidan yang maha dalam. Terjemahan dari petuah-petuah Ibnu Arabi tersebut akan ditampilkan secara berkala dalam pengajian email Pesantren Virtual dengan harapan bisa menambah kedalaman ilmu dan agama kita serta bermanfaat bagi kita di dunia dan akhirat. Amin allahumma amin.

No comments: