Thursday, February 5, 2009

Menerima Tamu (seri akulturasi jawa-islam part 1)

mungkin sepele, hanya sekedar menerima tamu... tapi ternyata akulturasi kebudayaan islam dan jawa tentang menerima tamu sudah terjadi sejak lama dan kedua budaya ini sangat menghormati tamu yang hadir di rumah-rumah mereka. Rasulullah pernah bilang bahwa tamu adalah raja, sementara orang jawa bilang tamu adalah rejeki. dua hal yang sebenarnya hanya berbeda ungkapan, namun pada intinya adalah satu yaitu hormatilah tamu...

mungkin tak banyak yang mengenal istilah "tri darma" dalam menerima tamu. namun di tanah jawa ini benar-benar ada. tri adalah tiga, sementara darma adalah ajaran atau tuntunan. jadi maksud dari istilah tri darma ini adalah tiga tuntunan yang dalam hal ini merupakan tiga tuntunan dalam menerima tamu bagi orang-orang jawa. ketiga tuntunan itu antara lain :

-Pupuh
-Lungguh
-Suguh

darma pertama adalah pupuh yang tidak lain adalah penyambutan. dalam islam biasa diungkapkan sebagai salam. penyambutan maupun salam merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari proses memuliakan tamu. agama islam memerintahkan umatnya untuk menebarkan salam, dan mewajibkan membalas salam. ucapan salam yang berbalas dan diikuti dengan jabat tangan merupakan pembebas dosa bagi umat-umat muslim. Tidaklah dua orang muslim berucap salam dan berjabat tangan melainkan Allah ampuni dosa diantara keduanya. dengan demikian seburuk apapun tamu yang hadir di rumah kita, sejahat apapun tamu yang berkunjung ke rumah kita, sambutlah dengan salam dan raihlah ampunan Allah ditangannya, sehingga dia memasuki rumah kita dengan membawa berkah dan ridhoNya...

darma kedua adalah lungguh yang merupakan kata lain dari duduk. layanilah tamu dengan suasana yang nyaman. tidak harus mewah, tidak harus mahal, yang penting buat tamu kita nyaman. pernah seorang sahabat datang terlambat pada majelis Rasulullah sehingga dia duduk diluar tepat di depan pintu karena rumah rasulullah telah penuh sesak. mengetahui hal ini Rasulullah sendiri segera melepas surban di kepalanya dan dilemparkan pada umatnya itu, serta memerintahkan dia duduk beralaskan surban itu. betapa mulia akhlak Rasulullah dalam memuliakan tamunya. dia tidak pandang bulu, tidak melihat perbedaan, bahkan meski umatnya datang belakangan, dia tidak lengah untuk memberikan tempat duduk yang nyaman bagi tamu-tamu beliau. semulia apa kita dibandingkan beliau?? sudahkah kita memberikan tempat duduk yang paling nyaman bagi tamu-tamu kita?? ataukah saat tamu berdatangan kita bertelekan diatas sofa empuk sementara tamu-tamu kita duduk dikursi nan keras... alangkah lebih baiknya harga sofa empuk tadi kita tukarkan dengan selembar permadani yang memenuhi ruang tamu kita.. sehingga seluruh tamu kita dapat mendapatkan kedudukan yang sama nyamannya meski dalam kesederhanaan.

darma yang terakhir adalah suguh. prinsip orang jawa adalah setiap ada tamu pasti ditawari makan. meski sekarang budaya ini telah mulai pudar. tak terkecuali para sahabat Rasulullah. pernah seorang sahabat yang hanya memiliki satu porsi makanan untuk makan malam sementara saat itu ada tamu datang. dan dipadamkanlah lampu lalu dia hidangkan satu piring berisi makanan untuk tamunya, dan satu piring kosong untuk dirinya sendiri seraya berpura-pura sedang menyantap makanan yang sama dengan tamunya. bahkan di salah satu peperangan, kala Rasulullah dan para sahabat membangun parit pertahanan tiga hari tiga malam tanpa makan hingga Rasulullah mengganjal perutnya dengan sandal. rumah salah satu sahabat dimintai tolong untuk tempat berteduh dan beristirahat. dan tanpa berpikir panjang disembelihlah kambing satu-satunya oleh sang tuan rumah demi memuliakan para tamunya.

dimanakah semangat ini?? masihkah kita peduli pada tamu-tamu yang menghampiri kita?? masihkah kita mau menjemput ampunan, ridho, dan rahmat Allah SWT yang dibawa oleh tamu-tamu ini...
atau kita akan bertahan dengan egoisme dan arogansi yang semakin menjauhkan kita dari ukhuwah...

harap direnungkan