Monday, June 8, 2009

berbahagialah kita menjadi umat Muhammad SAW

suatu ketika Rasulullah SAW berkata pada sahabat kurang lebih artinya sebagai berikut "ada satu golongan umatku di akhir zaman nanti yang beruntung" sahabat bertanya "umat yang manakah itu wahai Rasulullah??" dan Rasulullah SAW menjawab "umat yang beruntung itu tidak pernah melihatku, tidak pernah mendengar suaraku, tidak mendapati usiaku namun dia yakin dan cinta padaku"

bagaimana tidak, berbagai kelebihan diberikan Allah SWT khusus untuk umat Rasulullah SAW
dalam sehari kita bisa mendapatkan
-27x5 pahala sholat wajib
-sholat sunnah yang tak terbatas raka'atnya
-puasa sunnah yang bila ikhlas dihitung pahala puasa wajib
-kesempatan pahala haji dan umroh mabrur 2x sehari
-10x kebaikan untuk setiap huruf dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca
-kebaikan untuk setiap ayat-ayat Al-Qur'an yang didengar
dan masih banyak lagi yang kesemuanya dihitung 3x karena niat dihitung 1x dan amal dihitung 2x

belum lagi pada 1/3 malam-malam terakhir amal ibadah dilipat gandakan, dan bila beruntung dan menemui malam lailatul qadar, ibadah itu dilipat gandakan hingga melebihi 1000bulan lamanya beribadah tersebut terus menerus

bila ditimpa penyakit, dan kita ikhlas menerimanya maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu
bila ditimpa penyakit berkepanjangan lebih dari 7 hari dan kita masih ikhlas menerimanya maka akan diampuni dosa-dosa yang akan datang

ini baru sebatas yang aku tahu, masih banyak risalah-risalah serta riwayat-riwayat lain yang terlewatkan dari catatan ini...
sudah sepantasnya kita tunjukkan rasa cinta dan sayang kita pada baginda Rasul...
INNALLOHA WAL MALA'IKATAHU YUSHOLLUNA ALA NABI
YAA AYYUHAL LADZINA AMANU SHOLLU ALAIHI WASALLIMU TASLIMA


sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersholawat atas nabi...
wahai orang-orang yang beriman, bersolawat dan salam lah atasnya dengan sebaik-baik salam...

Friday, June 5, 2009

Akhir Perjalanan Seorang Sufi

sosok Ayah, Papa, dan Bapak sangat melekat erat di seorang Hari Budiharso ayahanda tercinta yang baru saja dipanggil ke hadirat Allah SWT
beliau dilahirkan di semarang pada 25 Februari 1959 di tengah-tengah sebuah keluarga sederhana. putra dari alm bapak Rustam Dharmowiyono dan alm ibu Amisah.
telah banyak kisah yang beliau lalui semasa hidupnya. berjualan sambil sekolah sudah dijalaninya selama bertahun-tahun untuk meringankan beban orang tuanya. bahkan semasa liburan SLTP beliau beberapa kali mengembara ke ibukota hanya berbekal caping dan cangkul, mencari gedung yang sedang dibangun sebagai kuli bangunan. entah sudah berapa gedung di jakarta yang ikut beliau bangun dan masih berdiri kokoh hingga kini.
masa-masa SMU beliau lalui dengan penuh kesederhanaan, mencuci bajaj merupakan kegiatan sehari-hari beliau untuk sekedar mendapatkan uang saku beberapa rupiah. beliau mengaji Al-Qur'an tidak dengan cuma-cuma. entah sudah berapa pikul air beliau bawa dari sumur untuk memenuhi bak mandi santri demi memperoleh ilmu agama yang beliau pegang teguh hingga akhir hayatnya. seember demi seember penuh pengabdian dan dedikasi demi menjadi muslim yang kafah.
beliaulah yang mengajarkanku untuk berkreasi, berimajinasi semenjak aku masih kecil dan baru mengenal kata-kata. beliau bimbing jiwa kecil ini untuk berfikir dan berkarya sejak dini. hal ini merupakan pembelajaran pertama dan utama di awal-awal usiaku.
setelah aku mampu berpikir, membedakan mana yang baik dan buruk, mana yang salah dan benar, dia tanamkan keimanan padaku. beliau tunjukkan bahwa yang haq itu haq, yang bathil itu bathil. beliau buka mata hatiku untuk sebuah kejujuran, sebuah ketulusan, dan kesungguhan hati dalam menghambakan diri padaNya sebagai pondasi keimanan tuk menghadapi dunia nantinya.
pendewasaan diriku tak pernah lepas dari bimbingan beliau. disiplin dan tanggung jawab merupakan sesuatu yang selalu beliau tanamkan dalam setiap langkah pendewasaan diri ini. setiap perbuatan, setiap keputusan, setiap langkah yang kuambil harus bisa dipertanggung jawabkan, minimal pada diri sendiri. demikian pula halnya dengan kedisiplinan yang bersumber dari kejujuran hati. beliau tak henti-hentinya mencontohkan bagaimana bersikap jujur dan disiplin dalam setiap aspek kehidupan. bagaimana ber etos kerja tinggi dan meraih prestasi. bagaimana menjadi pemimpin yang mengayomi seluruh peranan dalam kepemimpinan, mencengkeram erat seluruh posisi dalam organisasi agar dapat bekerja keras dengan penuh keikhlasan. bagaimana membawa sebuah institusi menuju perubahan yang lebih baik.
setelah aku beranjak dewasa, beliau mulai ajarkan strategi dalam hidup. bagaimana kita bertahan dalam cobaan, menangkis setiap serangan, dan kembali pada kuda-kuda. selalu pertahankan pondasi dan kuda-kuda, dan di saat yang tepat bersiap untuk menyerang balik pertahanan musuh.
bersamaan dengan bimbingan-bimbingan tentang hakikat kehidupan, beliau tak pernah lupa menanamkan keislaman pada jiwa ini. baik syari'ah, hakikat hikmah, dan thoriqoh beliau tanamkan secara utuh dan seimbang demi keislaman yang seutuhnya. semua hanya demi mengharap ridhoNya...
kamis lalu, 4 Juni 2009 beliau menghembuskan nafas terakhirnya. mungkin ini akhir perjalanan beliau di dunia, akhir perjalanan seorang sufi yang mencurahkan segenap pikiran dan tenaganya untuk ibadah.
namun ilmu dan bekal yang beliau tinggalkan akan selalu mewarnai dunia ini.

selamat jalan ayahanda tercinta...

mengutip Qur'an surat Ali Imran Ayat 169-170
"Janganlah kamu mengira bahwa orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Tuhannya dengan mendapat rizki. Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikanNya pada mereka. dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih tinggal di belakang yang belum menyusul mereka. bahwa tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati"

Thursday, February 5, 2009

Menerima Tamu (seri akulturasi jawa-islam part 1)

mungkin sepele, hanya sekedar menerima tamu... tapi ternyata akulturasi kebudayaan islam dan jawa tentang menerima tamu sudah terjadi sejak lama dan kedua budaya ini sangat menghormati tamu yang hadir di rumah-rumah mereka. Rasulullah pernah bilang bahwa tamu adalah raja, sementara orang jawa bilang tamu adalah rejeki. dua hal yang sebenarnya hanya berbeda ungkapan, namun pada intinya adalah satu yaitu hormatilah tamu...

mungkin tak banyak yang mengenal istilah "tri darma" dalam menerima tamu. namun di tanah jawa ini benar-benar ada. tri adalah tiga, sementara darma adalah ajaran atau tuntunan. jadi maksud dari istilah tri darma ini adalah tiga tuntunan yang dalam hal ini merupakan tiga tuntunan dalam menerima tamu bagi orang-orang jawa. ketiga tuntunan itu antara lain :

-Pupuh
-Lungguh
-Suguh

darma pertama adalah pupuh yang tidak lain adalah penyambutan. dalam islam biasa diungkapkan sebagai salam. penyambutan maupun salam merupakan suatu hal yang tidak bisa lepas dari proses memuliakan tamu. agama islam memerintahkan umatnya untuk menebarkan salam, dan mewajibkan membalas salam. ucapan salam yang berbalas dan diikuti dengan jabat tangan merupakan pembebas dosa bagi umat-umat muslim. Tidaklah dua orang muslim berucap salam dan berjabat tangan melainkan Allah ampuni dosa diantara keduanya. dengan demikian seburuk apapun tamu yang hadir di rumah kita, sejahat apapun tamu yang berkunjung ke rumah kita, sambutlah dengan salam dan raihlah ampunan Allah ditangannya, sehingga dia memasuki rumah kita dengan membawa berkah dan ridhoNya...

darma kedua adalah lungguh yang merupakan kata lain dari duduk. layanilah tamu dengan suasana yang nyaman. tidak harus mewah, tidak harus mahal, yang penting buat tamu kita nyaman. pernah seorang sahabat datang terlambat pada majelis Rasulullah sehingga dia duduk diluar tepat di depan pintu karena rumah rasulullah telah penuh sesak. mengetahui hal ini Rasulullah sendiri segera melepas surban di kepalanya dan dilemparkan pada umatnya itu, serta memerintahkan dia duduk beralaskan surban itu. betapa mulia akhlak Rasulullah dalam memuliakan tamunya. dia tidak pandang bulu, tidak melihat perbedaan, bahkan meski umatnya datang belakangan, dia tidak lengah untuk memberikan tempat duduk yang nyaman bagi tamu-tamu beliau. semulia apa kita dibandingkan beliau?? sudahkah kita memberikan tempat duduk yang paling nyaman bagi tamu-tamu kita?? ataukah saat tamu berdatangan kita bertelekan diatas sofa empuk sementara tamu-tamu kita duduk dikursi nan keras... alangkah lebih baiknya harga sofa empuk tadi kita tukarkan dengan selembar permadani yang memenuhi ruang tamu kita.. sehingga seluruh tamu kita dapat mendapatkan kedudukan yang sama nyamannya meski dalam kesederhanaan.

darma yang terakhir adalah suguh. prinsip orang jawa adalah setiap ada tamu pasti ditawari makan. meski sekarang budaya ini telah mulai pudar. tak terkecuali para sahabat Rasulullah. pernah seorang sahabat yang hanya memiliki satu porsi makanan untuk makan malam sementara saat itu ada tamu datang. dan dipadamkanlah lampu lalu dia hidangkan satu piring berisi makanan untuk tamunya, dan satu piring kosong untuk dirinya sendiri seraya berpura-pura sedang menyantap makanan yang sama dengan tamunya. bahkan di salah satu peperangan, kala Rasulullah dan para sahabat membangun parit pertahanan tiga hari tiga malam tanpa makan hingga Rasulullah mengganjal perutnya dengan sandal. rumah salah satu sahabat dimintai tolong untuk tempat berteduh dan beristirahat. dan tanpa berpikir panjang disembelihlah kambing satu-satunya oleh sang tuan rumah demi memuliakan para tamunya.

dimanakah semangat ini?? masihkah kita peduli pada tamu-tamu yang menghampiri kita?? masihkah kita mau menjemput ampunan, ridho, dan rahmat Allah SWT yang dibawa oleh tamu-tamu ini...
atau kita akan bertahan dengan egoisme dan arogansi yang semakin menjauhkan kita dari ukhuwah...

harap direnungkan