Friday, December 30, 2016

Rindu

Rabiul Awal selalu membawa sejuta rasa dalam diri ini. 19 Rabiul Awal aku terlahir di dunia ini, kira-kira seminggu lebih ribuan tahun setelah Rasulullah SAW dilahirkan. Terlahir di bulan yang sama kadang membuat egoku bergejolak, seolah akulah yang paling berhak untuk merindukan Rasulullah SAW. Seolah beliau diturunkan hanya untukku seorang, sementara orang lain hanyalah perantara, atau pemeran figuran semata. Seolah akulah yang paling berhak untuk mengucapkan "marhaban ya nurul 'aini"

Seorang kawan bertanya, patutkah memperingati kelahirannya sementara beliau sendiri tak pernah memperingatinya. Patutkah kita memperingati kelahirannya sementara saat ini beliau telah tiada.

Patutkah kamu melarang seorang umat dari merindukan RasulNya?
Patutkah kamu melarang seorang umat dari mencintai RasulNya?
Patutkah kamu melarang seorang umat dari mengenang RasulNya?
Sementara Rasulullah sendiri tak pernah melarang umatnya bersorak riang menyambut kehadiran beliau.

thola'al badru alaina
min tsaniyatil wada'
wajaba syukru alaina
mada'a lil ahida

Kadang kala, ketika tak terbendung lagi rasa rindu ini, terbesit do'a, agar Al-Masih segera diturunkan dari surgaNya, tak lain, tak bukan, ingin ku mendengar kisah tentangnya, bagaimana beliau disana, adakah yang mengganggu pikirnya, adakah yang bisa kami lakukan untuk membahagiakannya...

Tuesday, March 19, 2013

Sebuah Cermin

Suatu hari Fulan datang kehadapanku, kurang begitu jelas bagaimana dia bisa sampai ke majelis ini. Dia telah bergabung ke dalam majelis ini cukup lama, berawal dari hanya ikut dan mendengarkan, aktif dalam musyawarah, juga rajin membantu jamaah lain di dapur untuk sekedar menyeduh teh, kopi, juga menghidangkan makanan untuk jamaah lain. Si Fulan tampak semangat menceritakan kisahnya dari awal bergabung dengan majelis ini.
Hingga di akhir ceritanya, raut mukanya sedikit berubah. Dengan perlahan dan penuh harap dia sampaikan keluh kesahnya. Sekian lama bergabung dengan majelis ini, dia merasa belum memperoleh apa yang selama ini dia cari. Dia merasa masih jauh dari Allah, masih belum ada yang berubah dalam hidupnya. Dia ingin memiliki kelebihan, dia ingin mendapatkan karomah, dia ingin dibukakan tabir alam gaib, dia ingin banyak hal yang sampai saat ini belum didapatkannya. Dia memohon petunjukku, bagaimana untuk meraihnya agar amal-amalnya selama ini membuahkan hasil.
Tertegun aku akan kejujuran pemuda ini, namun tak satupun ilmuku cukup tinggi untuk menjawab hajatnya. Sehingga kusampaikan apa adanya bahwa aku tak bisa membantunya.
"Tolong... tolonglah hamba..." katanya lirih.
Tak kuasa menahan rasa iba, diawali taawudz & basmalah, aku bacakan sepenggal kalimat.
Si Fulan tersenyum puas, seketika dia mencium punggung dan telapak tanganku, berucap terimakasih seraya mohon pamit untuk kembali ke keluarganya.Kubalas salamnya yang penuh semangat dengan senyuman tipis, hingga kulihat sorot lampu mobilnya menghilang di balik pepohonan.

Setelah kejadian malam itu, lama Fulan tak kelihatan. Kabar yang kudengar dia dipindah tugaskan ke ibukota oleh perusahaan tempat dia bekerja. Kudengar pula dia masih aktif menjalankan pengajian, dan konon tak sedikit jamaah yang mengikuti majelisnya. Bahkan satu-dua kabar burung mengungkapkan kalau si Fulan kini terkenal sebagai kyai berkaromah.

Genap dua tahun sejak terakhir kali Fulan hadir disini. Malam ini kulihat sebuah mobil ber plat nomor B parkir di halaman. Tampak tergopoh-gopoh Fulan meniti kanopi ke teras rumah lalu mengucap salam sambil melangkah masuk. Kupersilahkan dia duduk dan kutanyakan kabarnya.
"Ilmu apa yang kau ajarkan padaku?" tanya Fulan, tanpa menjawab pertanyaanku. Tak kumengerti kemana arah pertanyaan dia, hingga dia menceritakan kisahnya selama dua tahun ini.

Malam itu, setelah berpamitan dari rumah ini Fulan bertekad dalam hatinya untuk mengamalkan kalimat itu. Setiap senggang, setiap duduk wirid, setiap selepas sholat, dan setiap dia ingat dia baca kalimat itu dalam hati. Kurang lebih ratusan kali dalam sehari dia baca kalimat itu dan tetap merahasiakannya dari orang lain. Pada bulan ketiga Fulan menemui sesuatu yang berbeda. Fulan mulai melihat hal yang berbeda di wajah setiap orang. Kadang kala dia menyaksikan cahaya memancar dari seseorang, kadang dia melihat sosok seseorang mirip dengan binatang, dan di beberapa orang dia melihat wajah yang sama seperti sebelumnya.
Dia ceritakan pada orang-orang, bahwa si A yang penghafal Qur'an dan tekun mengamalkannya, wajahnya bercahaya dan menerangi sekitarnya. Juga si B yang sering mengumpat, menampakkan sosok kera bertaring panjang dan sebagainya.
Lambat laun orang-orang mendatangi dan meminta untuk dibaca oleh si Fulan, apakah yang bersangkutan tergolong orang baik atau bukan. Hingga lama kelamaan majelis si Fulan ramai jamaahnya dari berbagai kalangan. Fulan semakin terkenal menjadi kyai ber-karomah.

Usai menceritakan kisahnya selama dua tahun terakhir, fulan menjelaskan maksud kedatangannya kesini. Pagi ini ketika Fulan hendak berangkat kerja, tak sengaja dia melihat sosok yang aneh di spion mobilnya. Dia tidak sadar, selama dua tahun ini dia tak pernah melihat sosoknya sendiri di cermin dan ketika dia melihat wajahnya, terbelalaklah kedua mata si Fulan. Fulan menemui wajah anjing begitu jelas di balik cermin itu. Seketika dia telfon kantornya untuk ijin, dan lalu memacu mobilnya menuju kesini.

"Ilmu apa yang kau ajarkan padaku?" kembali Fulan mengulangi pertanyaannya. "Darimana kau dapatkan kalimat itu?"

Sembari tersenyum aku berdiri menuju pintu kamarku, kuraih mushaf Al-Qur'an di ventilasi pada bagian atas kusen pintu dimana aku selalu meletakkan mushaf-mushafku. Kusodorkan mushaf itu padanya, "buka al-kahfi ayat 19" kataku. Dengan penuh keheranan dia buka lembar demi lembar, hingga menemukan ayat yang dimaksud sembari bertanya "kalau kalimat itu sebuah ayat dari Al Qur'an, kenapa mengamalkannya membuatku seperti ini?"

"Fulan, dengan dibukakanya mata batinmu, bukan serta-merta akibat dari amalan yang kau kerjakan, dengan mengamalkan sesuatu, bukan serta merta terbuka mata batinmu. Semua ini terjadi akibat nafsumu, nafsu untuk memiliki kelebihan, nafsu untuk memiliki keunggulan, nafsu untuk memperoleh hasil yang bisa kau rasakan. Padahal selama ini, sebenarnya hasil itu sudah kau dapatkan. Istiqomahmu dalam bermajelis itu karomah yang begitu luar biasa. Namun nafsumu menutup semuanya. Malam itu aku hendak berpesan kepadamu untuk bertutur kata yang santun, dan menjaga perihalmu dari orang lain, sebagaimana arti dari ayat itu. Karena malam itu kamu akan meninggalkan kahfi (gua) dari kota ini menuju ibukota. Dan disana banyak hal yang akan kamu hadapi, termasuk ujian ini"

Monday, January 2, 2012

sebuah dialog...


suatu saat terjadi dialog...
A: gimana biar hartaku berkah?
B: keluarkan di jalan Allah
A: apakah setelah itu Allah akan membalasnya? apakah setelah itu Allah akan melipat gandakannya?
B: belum tentu Allah akan membalasnya dengan harta...
A: apakah Allah akan menghitungnya sebagai pahala? apakah Allah akan memasukkanku ke dalam surga?
B: pahala mungkin iya, itupun kalau kamu ikhlas, tapi surga? belum tentu, karena masuk surga itu murni karena rahmat Allah, bukan karena amalmu...
A: balasan harta belum tentu, surga belum tentu, apakah amal itu akan membuat hatiku tenang? bahagia?
B: belum tentu juga, bisa jadi malah kamu ditimpa ujian dan cobaan yang berat... terserah Allah lah, kamu gak usah ikutan ngatur...
A: lalu, aku sudah beramal, tapi tidak ada kepastian balasan harta, berpahala tapi tidak ada jaminan surga, bahkan kedamaian hati yang kucari juga belum tentu kuraih, lalu apa gunanya amalku itu?
B: ikhlas kan sajalah amal perbuatanmu itu, ridho akan kehendak Allah, niscaya meski tidak dibalas harta, kemiskinan dan kefakiran akan mendatangkan sabar bagimu, meski tidak ada kepastian surga, itu akan jadi motivasi untuk terus beribadah tanpa mempamrihkan amalmu tersebut, serta ujian dan cobaan hingga pecahnya hatimu, semoga kamu termasuk orang-orang yang bersyukur akan ujian Allah sehingga ditinggikan derajatmu...

Monday, July 4, 2011

Dialog dengan Awan

Suatu pagi, awan kelabu terbang rendah menghampiriku

awan : "Assalamu'alaikum gus"
aku : "Wa'alaikum salam, nopo ngger?"
awan : "niku gus, nembe usum kawinan, kulo malah bingung. nggen ngriko kapurih diparingi terang, ngriki ajrih ampun ngantos jawoh, lha kulo ken pripun niki?"
aku : "lha kok bingung nopo? dawuhe piye?"
awan : "lha nggih niki ndelalah saking mikail sedanten diaturi ngumpul ngriki, mangke sonten di kengken njawohaken sedanten"
aku : "lha njuk ngopo, udan gari udan"
awan : "lha teng ler ngriko gus udin ingkang ndungani, sisih wetan ngriko kaji yasin, teng kulon mbah bejo, siseh kidul malah poro haba'ib ingkang ndungani, lha kulo kan ajrih, mangke ndak kuwalat pripun?"
aku : "sing ngongkon awakmu nibakno udan sopo? kan gusti Allah, lewat mikail, gari manut wae angel temen, lha wong-wong kuwi kan mung menungso, opo ajine, opo mandine, rasah mbok turuti sing ngono2 kuwi. mengko mandah gumedhe, awakmu gelem nanggung dusone?"
awan : "nggih mboten ngoten tho gus, tapi kulo kan ajrih, mangke menawi menopo2 kulo ingkang didukani"
aku : "lha lapo nesu? rumangsane dhewekne ki sopo? wis angger manut wae, nompo dawuh, mangkat, rasah tolah-toleh"
awan : "njih gus, pangestunipun"
aku : "yo"
awan : "lha niki ajeng teng pundi gus?"
aku : "ngantor tho ya, aku ki yo menungso butuh mangan, lha ra tau mbok udani duwit"
awan : "nopo ngersa'ke? kulo jawohaken arto sakniki?"
aku : "halah, rupamu... mengko wong dho geger malah, rasah guyon kowe"
awan : "lha nggih mboten, kersane njenengan mboten usah nyambut damel, kan sayah"
aku : "ngene ngger, ono kyai2 gedhe merdukun do ndungo ben ora udan, ben udan, nggo sarono golek dhuwit, kuwi wae tak penging, lha aku malah mbok kon njaluk udan duwit, rumangsamu aku ki sopo? wali yo wali, nanging ora keno koyo ngono kuwi, ora keno milih sugih utowo kere, ora keno ngarep2 bujang utowo bojone okeh, ora keno nduwe karep, karepku yo karepe gusti Allah, karepe gusti Allah yo karepku"
awan : "ooo, ngoten tho gus"
mikail : "Assalamu'alaikum WR WB"
aku&awan : "wa'alaikum salam"
mikail : "jebulane nang kene tho, tak golek'i ket mau. sepurane gus, malah ngganggu njenengan niki"
awan : "njih, ngapuntene ingkang kathah"
aku : "wis rasah didukani, wong yo podho2 makhluk, wong yo iki mau musyawaroh, golek manfaat dudu mudhorot"
mikail : "njih gus, kulo tak pareng rumiyin, niki radi sibuk, mangke sonten ajeng jawoh ageng, njenengan kulo aturi teng nggriyo kemawon"
aku : "iki meneh ngajari, nek pancen jatahe kudanan yo kudanan, jatahe garing yo garing, lak ngono tho?"
mikail : "njih leres, nggih mpun kulo pareng rumiyin, ngapuntene ingkang kathah gus"
aku : "monggo-monggo, ora usah sungkan-sungkan ngono, biasa wae"
mikail : "njih gus, pareng, assalamu'alaikum"
aku : "wa'alaikum salam"

Dan awan kembali naik ke angkasa diiringi petir dan kilat menyambar, dan sore itu Jakarta hujan deras dimana-mana, jalan-jalan protokol hingga jalan tol terendam genangan 10-50cm

Wednesday, March 23, 2011

Sudahkah anda muslim?

Muslim, banyak orang mengartikan dengan kata salam, selamat, keselamatan, dan menyebut islam sebagai agama pembawa keselamatan. Ya, memang anda benar, namun bila anda berpikir dengan memeluk islam anda dalam hidup anda jadi selamat, terhindar dari bencana entah itu tsunami, tanah longsor, gempa, dan lain-lain? coba pikir sekali lagi. Bila anda berfikir dengan memeluk islam kehidupan anda akan teratur, tertata, terencana, aman, tentram, damai? coba pikir sekali lagi.

Muslim secara bahasa berarti orang yang berserah diri, pasrah, dan bermakna tawakal hanya kepada Allah.

Dari artinya secara bahasapun pasti tersirat bahwa apapun yang dikehendaki Allah pada kita, ya kita ridho, apapun yang ditimpakanNya pada kita, kita terima dengan tulus ikhlas tanpa protes tanpa keluh kesah. Jadi jangan anda pikir setelah memeluk islam anda akan hidup bebas, tanpa cobaan, tanpa ujian, tanpa bencana menimpa anda. Justru sebaliknya, Allah akan dengan penuh kasih sayang menguji kita hanya demi meningkatkan derajat kita.

Justru bila kita lengah, terbuai dalam fasilitas, terbuai dalam keteraturan dan ketertataan, ingatlah saudaraku, jangan sampai bencana yang datang padamu itu sebagai adzab. Karena bila itu terjadi, kamu gk akan punya kesempatan untuk bertobat. Namun bila bencana yang datang padamu itu sebagai ujian, setiap getir, setiap perih, setiap luka yang kamu rasakan, akan menjadi nikmat di akhirat nanti.

Lalu, apakah kita akan mencari-cari ujian ini? atau terus mengejar kebahagiaan dengan berusaha dan mencoba? kembali ke arti kata muslim. Kita tawakal pada Allah, ujian jangan dicari, jangan menyakiti diri sendiri, jangan menyusahkan diri sendiri, terus berusaha dan berdo'a, sisanya serahkan padaNya.

Dan tetaplah dalam keadaan bersabar dan bersyukur...

Dalam gelimang harta dan tahta seperti apapun, tidak cukup hanya bersyukur, namun bersabar pulalah dalam menghadapi harta dan tahta yang pada dasarnya juga ujian dariNya.
Dalam kefakiran dan kemiskinan, tidak cukup hanya bersabar, namun bersyukur pulalah karena disitu kasih sayang Allah tercurahkan padamu, karena lebih banyak orang yang gagal diuji dengan harta daripada diuji dengan kemiskinan.

Tuesday, May 18, 2010

Curhat Seorang Sufi

Apa sih yang dicari di dunia ini? kebahagiaan? bukan!!! itu hanya fatamorgana semu yang menipu kalian semua. ketenangan, ketentraman, kenyamanan, semua itu fasilitas yang terlalu mewah untuk hamba hina seperti kita ini.

Buat apa kalian memohon-mohon berguru hikam padaku? kalian gk akan dapat ketenangan dari ilmu hikmah itu. yang ada kalian akan gila dibuatnya. buat apa kalian berguru tasawuf padaku? kalian tidak akan mendapatkan kebahagiaan di dunia ini dengan ilmu itu, yang ada kalian akan jadi botak dan semakin keriput di usia muda. ilmuku gk akan membuat kalian jadi kaya, ajaranku gk akan menjadikan kalian bahagia, tenang dan tentram di dunia ini. karena memang bukan itu tujuanku hidup di dunia ini.

Terserah kalian mau mempertanyakan ke'wali'anku, meragukan ke'mursyid'an ku bahkan menganggap fatwa-fatwaku sesat, apa urusanku??

Aku gk pernah minta jadi wali, apa tampangku kelihatan seperti orang yang pengen jadi wali?? aku gk pernah berdoa memohon untuk dijadikan wali, aku cuma mengemis agar dijadikan manusia paling hina diantara orang-orang yang bisa melihat wajahNya. aku gk pernah meminta untuk dimuliakan, aku gk pernah meminta untuk diagungkan, gk pernah terpikir olehku tuk meminta kedudukan makom aulia, aku cuma penasaran dengan wujudNya, itu saja. aku lebih memilih duduk di teras majelis, mendengarkan sang mufti berceramah sambil menghisap gudang garam. aku justru gk nyaman duduk di depan pengimaman beralaskan permadani hijau bercorak putih dan harus bersuara dihadapan umat. aku gk suka para mufti itu tergopoh-gopoh berlutut ingin mencium tanganku.

Qur'an di pundak kalian dan hadist di hati kalian jauh lebih berharga dari tangan kotorku, entah sudah berapa najis tersentuh oleh jemariku yang mungkin kalian tidak ketahui. akan lebih baik jika telapak kaki kalian dihujamkan ke kepalaku hingga menyentuh tanah. biar wajah penuh maksiat ini menyadari posisinya.

Monday, June 8, 2009

berbahagialah kita menjadi umat Muhammad SAW

suatu ketika Rasulullah SAW berkata pada sahabat kurang lebih artinya sebagai berikut "ada satu golongan umatku di akhir zaman nanti yang beruntung" sahabat bertanya "umat yang manakah itu wahai Rasulullah??" dan Rasulullah SAW menjawab "umat yang beruntung itu tidak pernah melihatku, tidak pernah mendengar suaraku, tidak mendapati usiaku namun dia yakin dan cinta padaku"

bagaimana tidak, berbagai kelebihan diberikan Allah SWT khusus untuk umat Rasulullah SAW
dalam sehari kita bisa mendapatkan
-27x5 pahala sholat wajib
-sholat sunnah yang tak terbatas raka'atnya
-puasa sunnah yang bila ikhlas dihitung pahala puasa wajib
-kesempatan pahala haji dan umroh mabrur 2x sehari
-10x kebaikan untuk setiap huruf dari ayat-ayat Al-Qur'an yang dibaca
-kebaikan untuk setiap ayat-ayat Al-Qur'an yang didengar
dan masih banyak lagi yang kesemuanya dihitung 3x karena niat dihitung 1x dan amal dihitung 2x

belum lagi pada 1/3 malam-malam terakhir amal ibadah dilipat gandakan, dan bila beruntung dan menemui malam lailatul qadar, ibadah itu dilipat gandakan hingga melebihi 1000bulan lamanya beribadah tersebut terus menerus

bila ditimpa penyakit, dan kita ikhlas menerimanya maka akan diampuni dosa-dosa yang telah lalu
bila ditimpa penyakit berkepanjangan lebih dari 7 hari dan kita masih ikhlas menerimanya maka akan diampuni dosa-dosa yang akan datang

ini baru sebatas yang aku tahu, masih banyak risalah-risalah serta riwayat-riwayat lain yang terlewatkan dari catatan ini...
sudah sepantasnya kita tunjukkan rasa cinta dan sayang kita pada baginda Rasul...
INNALLOHA WAL MALA'IKATAHU YUSHOLLUNA ALA NABI
YAA AYYUHAL LADZINA AMANU SHOLLU ALAIHI WASALLIMU TASLIMA


sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikatNya bersholawat atas nabi...
wahai orang-orang yang beriman, bersolawat dan salam lah atasnya dengan sebaik-baik salam...